TOTO8000: Misteri di Balik Kode Keberuntungan

Chapter 3: Chapter 3: Bayangan di Balik Layar



Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya redup dari monitor yang berjajar di dinding. Di setiap layar, gambar-gambar bergerak menampilkan berbagai lokasi di kota: kasino Fortuna Hall, Taman Merdeka, dan lorong-lorong sempit yang baru saja dilewati Ray. Seorang pria berkacamata, dengan rambut rapi dan jas hitam, duduk di kursi besar di tengah ruangan. Namanya Leonard—kepala operasi TOTO8000.

"Dia semakin dekat," kata Leonard dengan nada datar sambil memandang layar yang menunjukkan Ray sedang menyusup ke sebuah gang gelap. "Pastikan dia tidak sampai ke Pelabuhan Timur. Kirim tim bayangan untuk menghentikannya."

Seorang bawahannya mengangguk dan segera mengeluarkan perintah. Di sudut ruangan, sebuah komputer super canggih menampilkan pola angka dan grafik yang berputar dengan cepat, seperti kode-kode yang hidup. Sistem ini dikenal sebagai "Nexus", otak di balik semua operasi TOTO8000.

Leonard memandangi Nexus dengan senyum tipis. Sistem ini bukan sekadar alat prediksi, melainkan senjata yang mampu mengendalikan hasil perjudian, ekonomi, bahkan pergerakan politik di seluruh dunia. Nexus adalah mahakarya—dan rahasia terbesar TOTO8000.

Di tempat lain, Ray sedang bersembunyi.

Di sebuah kamar kecil di hotel murah, Ray mengamati dokumen yang ia dapatkan dari Arman. Di salah satu halaman, ia menemukan diagram yang tampak seperti struktur jaringan komputer, dengan tanda besar di tengahnya bertuliskan "Nexus". Ada keterangan di bawahnya: "Server utama: Gudang 17, Pelabuhan Timur".

"Jadi, Nexus ini pusat dari semuanya," gumam Ray sambil mencatat informasi penting di buku kecilnya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Jika Nexus adalah sistem yang begitu kuat, mengapa Arman memberinya akses begitu mudah? Apa yang sebenarnya direncanakan?

Ketika Ray sedang merenung, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal lagi. Ia ragu sejenak, lalu menjawabnya.

"Ray Kencana, kau sudah terlalu jauh," suara Leonard terdengar dingin di ujung telepon. "Berhenti sekarang, atau kau tidak akan melihat matahari terbit besok."

Ray menggertakkan giginya. "Siapa kau?"

"Seseorang yang memegang kendali. Ingat ini, Ray: keberuntungan bukanlah milikmu. Jika kau terus menggali, kau hanya akan menemukan kehancuranmu sendiri." Telepon itu langsung terputus.

Ray melempar ponsel ke meja dengan frustrasi. Namun, ancaman itu hanya membuatnya semakin yakin bahwa ia berada di jalur yang benar. Nexus harus dihentikan.

Malam itu, di Pelabuhan Timur

Gudang 17 tampak sunyi dari luar, namun Ray tahu tempat itu tidak sesederhana kelihatannya. Dengan hati-hati, ia menyusup ke dalam melalui pintu belakang. Gudang itu dipenuhi dengan rak-rak tinggi berisi kotak-kotak besar, kabel yang menjuntai, dan suara lembut mesin yang beroperasi.

Ray bergerak pelan, mendekati pusat ruangan. Di sana, ia melihat sesuatu yang membuatnya tertegun. Sebuah perangkat besar dengan layar-layar raksasa, memancarkan cahaya biru. Itu pasti Nexus.

Namun, sebelum ia bisa mendekat, sebuah suara menggema di ruangan itu.

"Selamat datang, Ray Kencana. Aku tahu kau akan datang."

Cahaya di ruangan tiba-tiba menyala, memperlihatkan Leonard yang berdiri di depan Nexus dengan senyum sinis. Di belakangnya, ada empat pria berbadan besar dengan senjata yang siap siaga.

"Kau tidak tahu apa yang kau hadapi, Ray," kata Leonard sambil melangkah maju. "Nexus bukan sekadar alat. Ini adalah takdir. Dengan sistem ini, kami bisa mengendalikan segalanya: angka, peluang, bahkan kehidupan. Dan kau? Kau hanya pion kecil yang mencoba melawan raja di atas papan."

Ray mengepalkan tangannya. "Berapa banyak nyawa yang sudah kalian rusak demi ambisi ini? Berapa banyak orang yang harus mati hanya untuk memenuhi keinginan kalian?"

Leonard tertawa kecil. "Pengorbanan adalah harga dari kemajuan, Ray. Tapi aku akan memberimu pilihan. Tinggalkan ini sekarang, dan kau bisa hidup. Teruskan, dan kau akan menjadi korban berikutnya."

Ray menatap Leonard tajam. Ia tahu ia tidak punya banyak pilihan, tetapi menyerah bukan salah satunya. Dengan cepat, ia meraih salah satu kotak di dekatnya dan melemparkannya ke arah salah satu penjaga, menciptakan kekacauan. Ia berlari ke arah Nexus, mencoba mencari cara untuk mematikannya.

"Hentikan dia!" teriak Leonard.

Namun, sebelum para penjaga bisa menangkapnya, Ray menemukan panel kontrol di sisi Nexus. Ia melihat deretan angka yang sama dengan yang ada di kartu: 879104. Dengan cepat, ia memasukkan kode itu.

Nexus tiba-tiba berhenti. Layar-layar mulai berkedip, dan suara alarm menggema di seluruh gudang. Leonard tampak terkejut, tetapi kemudian ia tersenyum dingin.

"Kau pikir itu cukup? Kau baru saja memicu protokol darurat, Ray. Sekarang, tidak ada jalan keluar."

Ray melihat ke sekelilingnya. Gudang itu mulai dipenuhi oleh gas putih yang menyebar cepat. Ia tahu ini adalah jebakan, tetapi ia juga tahu satu hal: ia sudah membuka pintu menuju kebenaran yang lebih besar. Pertarungan ini belum selesai.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.