TOTO8000: Misteri di Balik Kode Keberuntungan

Chapter 2: Chapter 2: Kode Rahasia yang Mematikan



Chapter 2: Kode Rahasia yang Mematikan

Pagi yang dingin menyelimuti kota, kabut tipis melayang di atas trotoar yang basah setelah hujan semalam. Di apartemen kecilnya yang sempit, Ray Kencana memandang kartu dengan angka merah yang diberikan Elena malam sebelumnya. 879104 - Kunci Jawaban. Angka-angka itu terus berputar dalam pikirannya, seperti teka-teki yang menuntut untuk segera dipecahkan.

Ray menyalakan laptopnya dan mulai mencari informasi. Ia memasukkan angka tersebut ke berbagai mesin pencari, berharap menemukan petunjuk. Namun, hasilnya nihil. Angka itu tampaknya tidak memiliki arti yang jelas, setidaknya di permukaan.

Di tengah frustrasinya, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

"Jika Anda ingin tahu arti dari angka itu, temui saya di Taman Merdeka, jam 10 pagi. Jangan bawa siapa pun."

Ray melirik jam dinding. Pukul 9:15. Ia segera mengambil jaketnya, memasukkan kartu itu ke dalam saku, dan melangkah keluar dengan rasa penasaran bercampur waspada.

Taman Merdeka, 10:00 pagi

Ray tiba tepat waktu. Taman itu masih sepi, hanya ada beberapa orang yang berjalan-jalan atau duduk di bangku. Di bawah pohon besar dekat air mancur, ia melihat seorang pria dengan topi dan jaket kulit hitam, duduk sambil membaca koran. Pria itu meliriknya sekilas dan memberi isyarat halus agar Ray mendekat.

"Kau Ray Kencana?" tanyanya dengan suara pelan.

Ray mengangguk. "Siapa kau? Apa kau yang mengirim pesan ini?"

Pria itu tersenyum tipis. "Namaku Arman. Aku pernah bekerja untuk TOTO8000, sampai aku tahu mereka tidak hanya bermain-main dengan angka, tapi juga dengan nyawa manusia."

Ray menatap Arman dengan tajam. "Apa maksudmu?"

Arman membuka tas kecilnya dan mengeluarkan dokumen. "TOTO8000 menggunakan sistem yang mereka sebut 'Kode Keberuntungan', sebuah algoritma yang tidak hanya bisa memprediksi hasil perjudian, tetapi juga mengontrolnya. Namun, itu hanya permulaan. Mereka mulai mengembangkan sistem untuk memanipulasi lebih dari itu – ekonomi, politik, bahkan kehidupan seseorang."

Ray mengambil dokumen itu dan melihat grafik, diagram, serta catatan yang tampak teknis. Ia membaca salah satu halaman yang mencantumkan nama-nama orang.

"Apa ini?" tanya Ray.

"Daftar target. Orang-orang yang dianggap mengancam rahasia mereka. Beberapa dari nama itu sudah mati dalam 'kecelakaan', dan yang lain… hilang begitu saja," jawab Arman.

Ray merasa bulu kuduknya meremang. "Lalu apa hubungannya dengan angka ini?" Ia mengeluarkan kartu dari sakunya.

Arman terdiam sejenak, lalu menatap kartu itu dengan serius. "Itu salah satu kode aktif mereka. Setiap angka memiliki fungsi tertentu. Jika kau tahu bagaimana menggunakannya, kau bisa membuka akses ke salah satu server mereka, atau… memicu sesuatu yang berbahaya."

"Berbahaya seperti apa?"

"Ledakan," jawab Arman dengan nada dingin. "Mereka menanam alat peledak di beberapa lokasi penting, dan kode itu bisa menjadi pemicu. Kalau salah langkah, kau bisa menyebabkan kehancuran besar."

Ray tertegun. Ia menatap kartu itu dengan ngeri. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, suara tembakan memecah keheningan. Arman jatuh ke tanah, darah mengalir dari dadanya.

"Arman!" teriak Ray, berlutut untuk mencoba menolongnya. Namun, napas Arman tersengal-sengal, dan ia hanya sempat berbisik:

"Lari… mereka tahu kau di sini."

Ray merasakan bahaya yang mendekat. Ia merogoh dokumen dan kartu dari tangan Arman, lalu berlari menjauh. Di belakangnya, dua pria berbadan besar dengan pakaian hitam mengejarnya.

Di jalanan kota

Ray berlari sekuat tenaga, menyusuri gang-gang sempit untuk menghindari pengejarnya. Nafasnya memburu, dan otaknya bekerja keras mencari tempat aman. Ia berhasil meloloskan diri dan masuk ke sebuah kafe kecil di sudut jalan.

Sambil bersembunyi di balik meja, ia membuka dokumen Arman lagi. Di salah satu halaman, ia menemukan diagram yang merujuk ke sebuah lokasi: Gudang 17, Pelabuhan Timur.

Ray tahu, jika ingin selamat dan mengungkap kebenaran, ia harus pergi ke sana. Tapi ia juga sadar, permainan ini baru saja dimulai. Dan taruhan yang ia hadapi jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.

Di sebuah ruangan gelap, layar monitor menunjukkan rekaman CCTV Ray yang melarikan diri. Seorang pria berkacamata, dengan senyuman dingin, berkata kepada bawahannya:

"Ray Kencana mulai menjadi ancaman. Pastikan dia tidak pernah sampai ke Pelabuhan Timur."

Malam itu, Ray tidak hanya melarikan diri dari bahaya, tetapi juga berhadapan dengan teka-teki yang bisa mengubah hidupnya – atau mengakhiri segalanya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.